Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 15. Memahami sejarah dakwah Islam
Kompetensi Dasar :
15.1. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah
15.2. Menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan perannya sampai masa daulah Abbasiyah.
A. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.
Sebelum Islam datang bangsa Arab berada pada masa Jahiliyah (kebodohan).
Mereka berada dalam kegelapan akidah dan ilmu pengetahuan. Di sisi
keilmuan tercatat sekitar 17 orang Quraisy yang pandai baca tulis.
Turunnya wahyu pertama tidak hanya pertanda dimulainya pemurnian akidah
tetapi juga dorongan untuk menggali ilmu. Bukankah surat Al ’Alaq
diawali dengan ”Iqra!” (bacalah)?. Di kalangan kaum Muslimin sendiri
sahabat yang pandai baca tulis masih sedikit, diantaranya Zaid ibn
Tsabit yang kemudian menjadi penulis wahyu Rasulullah.
Setelah memperoleh kemenangan di perang Badar, kaum muslimin banyak
menawan pasukan Quraisy. Diantara para tawanan tersebut terdapat
beberapa orang yang pandai baca tulis. Untuk memperoleh kebebasannya
kembali salah satu tebusannya mereka harus mengajar baca tulis kepada
kaum Muslimin.
Rasulullah sendiri sangat memperhatikan masalah ilmu pengetahuan.
Beberapa hal yang melandasi pengembangan ilmu pengetahuan pada jaman
Rasulullah adalah :
a. Wahyu pertama di awali dengan perintah membaca. Membaca adalah kemampuan awal dalam menggali ilmu pengetahuan.
b. Bangsa Arab pada umumnya mempunyai daya hafal yang tinggi.
c. Rasulullah membangun tradisi menulis dengan menunjuk Zaid ibn Tsabit sebagai penulis wahyu.
d. Al Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan. Disamping itu di dalam
Al Quranpun terdapat dorongan untuk menuntut ilmu : ... Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadilah : 11)
Dengan landasan tersebut Rasulullah meneladani, membimbing dan mendorong
para sahabat untuk beriman dan berilmu, sebagaimana sabdanya yang
artinya : Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi Muslimin dan Muslimat (HR.
Ibnu Abdil Bar)
Rasulullahpun mendorong para sahabat untuk menuntut ilmu ke luar Arab,
dengan mengatakan “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”.
Dengan bimbingan Rasulullah muncullah sahabat-sahabat yang memiliki kemampuan dalam bidangnya. Misalnya :
a. Umar ibn Khaththab ahli dalam bidang hukum dan manajemen lembaga pemerintahan.
b. Abdullah ibn Umar merupakan salah satu pengumpul hadits.
c. Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab menguasai bidang tafsir.
d. Abdullah ibn Abbas mahir dalam asbabun nuzul (sebab turunnya ayat
Al Quran), faraid (waris) dan sejarah peperangan Rasulullah.
Pada masa Khulafaur Rasyidin ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama
pada masa Khalifah Umar ibn Khaththab. Pada masa ini wilayah Islam
semakin luas meliputi Syiria, Mesir, Palestina dan Persia. Dalam proses
perluasan itu terjadi kontak dengan budaya dan bahasa di daerah-daerah
baru. Syiria, Mesir dan Palestina sebelumnya merupakan daerah jajahan
Romawi lambat laun masuk dalam wilayah kekhalifahan Islam. Di beberapa
kota yang terdapat di wilayah tersebut seperti Iskadariyah dan Antiokia
telah berkembang kebudayaan Yunani yang dibawa bangsa Romawi. Beberapa
orang ilmuwan ada yang masuk Islam. Selanjutnya mereka mengembangkan
ilmunya sehingga menambah khazanah dalam kebudayaan Islam, terjadilah
asimilasi dalam bidang bahasa, adat istiadat, pemikiran dan
bidang–bidang lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan Islam berasal
dari dua sumber utama, yaitu Al Quran/Al Hadits dan kontak dengan budaya
baru.
Pertama, sebagai landasan utama ajaran Islam Al Quran dan Al Hadits melahirkan kajian-kajian dan dampak sebagai berikut :
a. Ilmu nahwu (tatabahasa Arab), dasar-dasarnya dikembangkan oleh Ali
ibn Abi Thalib, kemudian disempurnakan oleh Abul Aswad Al Dualy.
b. Ilmu tafsir, para pengkaji pertamanya adalah Ali ibn Abi Thalib,
Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab.
(Lebih lanjut akan dibahas pada ”Perkembangan Ilmu Naqli” beberapa halaman mendatang)
c. Pengiriman guru ke luar Arab untuk menyebarkan ilmu agama Islam
sudah dilakukan, misalnya Abdullah ibn Mas’ud ke Kufah, Abu Musa dan
Anas ibn Malik ke Basrah. Ilmu agama Islampun berkembang dan memunculkan
ahli ilmu di daerah-daerah baru wilayah Islam.
d. Pembukuan Sunnah oleh Al Zuhri atas perintah khalifah Umar.
e. Umat Islam tertarik mempelajari budaya, kaidah dan ilmu yang berkembang di kalangan orang Yahudi dan Nasrani.
Kedua, telah disebutkan bahwa kontak budaya dengan bangsa lain membuat
kaum Muslimin menyerap pengetahuan-pengetahuan baru bangsa-bangsa lain
tersebut yang selanjutnya menjadi bagian dari budaya Islam. Dari
kebudayaan Persia dan Byzantium kaum Muslimin mengambil cara
pengorganisasian negara, militer, gaya upacara dan seni. Dari bangsa
India mereka mengambil matematika dan astronomi. Dari bangsa Yunani
mengambil filsafat dan ilmu. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan baru
tersebut diramu dengan ajaran-ajaran Islam sehingga muncullah
pengetahuan dan budaya yang bercorak Islam.
B. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khalifah Bani Umayyah
Salah satu dampak semakin luasnya wilayah Islam adalah masuk Islamnya
para ilmuwan yang semula beragama Yahudi, Nasrani dan Zoroaster. Setelah
menjadi Muslim, mereka tetap memelihara ilmu yang mereka kuasai, bahkan
ada yang mendapat jabatan di istana khalifah dan mendapat perlindungan
khalifah-khalifah Bani Umayyah, misalnya :
a. Khalid ibn Yazid, cucu Muawiyah tertarik pada ilmu kimia dan
kedokteran. Ia mendorong penterjemahan buku-buku kimia dan kedokteran
berbahasa Yunani ke bahasa Arab.
b. Al Walid ibn Abdul Malik menaruh minat pada bimaristan (rumah
sakit) sebagai tempat berobat dan belajar. Ia memprakarsai pendirian
bimaristan di Damaskus tahun 884 M.
c. Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan pembukuan hadits-hadits Nabi
secara lengkap. Beliau sendiri mempunyai dokter pribadi dari
Iskandariyah.
d. Abdul Malik ibn Marwan mempunyai pejabat beragama Nasrani bernama
Yahya al Dimasyqi yang mempelopori tumbuhnya ilmu logika sehingga
melahirkan kelompok rasionalis Islam.
Secara garis besar ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ilmu pengetahuan agama ( ’ulum al diniyyah) yang bersumber pada Al Quran dan Hadits Nabi.
b. Ilmu sejarah (’ulum al tarikh) membahas perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
c. Ilmu bahasa (’ulum al lughah) mempelajari nahwu, sharaf. Ilmu
bahasa Arab berkembang pesat dan dipelajari di seluruh wilayah Islam,
karena ditetapkan sebagai bahasa resmi dan bahasa ilmiah.
d. Ilmu filsafat (’ulum al falasifa) yaitu ilmu yang berasal dari
bangsa asing seperti ilmu mantiq (logika), kedokteran, kimia, astronomi,
ilmu hitung. Kitab-kitab ilmu ini diterjemahkan dari bahasa Yunani.
C. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khalifah Bani Abbasiyah
Gerakan menumbuhkan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah dirintis oleh
Khalifah Ja’far al Mansur melalui pembukuan ilmu agama Islam (Ilmu
naqli) dan penterjemahan secara besar-besaran buku ilmu pengetahuan yang
berasal dari luar; dan mencapai puncak keemasan pada masa Khalifah
Harun al Rasyid. Di kota Baghdad terdapat perpustakaan besar Khizanat al
Hikmah (Khalifah Harun al Rasyid) yang kemudian diubah menjadi Bayt al
Hikmah (khalifah Ma’mun).
Perkembangan ilmu pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi ilmu naqli
(bersumber pada Al Quran dan hadits) dan ilmu aqli (bersumber pada
pemikiran/rasio).
1. Perkembangan Ilmu Naqli.
Ilmu ini telah dirintis sejak Nabi hijrah ke Madinah, meliputi :
a) Ilmu Tafsir. Ilmu untuk menafsirkan atau menjelaskan ayat Al Quran
agar mudah dipahami. Cara menafsirkan Al Quran ada dua yaitu :
- Tafsir bil ma’tsur atau menafsirkan ayat dengan hadits Nabi.
Tokoh-tokohnya adalah Ibnu Jarir At Thabary, Ibn Athiyah Al Andalusi dan
As Suda.
- Tafsir bir ra’yi atau menafsirkan ayat dengan akal. Tokoh-tokohnya
antara lain Abu Bakar Asma, Abu Muslim Muhammad Al Isfahany
b) Ilmu Hadits. Ilmu yang mengupas segala permasalahan hadits
sekaligus usaha untuk melestarikan hadits-hadits Nabi. Ahli hadits pada
masa ini misalnya Imam Malik (Kitab Al Muwaththa), Imam Syafi’i (Kitab
Musnad), Imam Abu Hanifah (Musnad Abu Hanifah) dan Imam Abdu Razaq ibn
Hammam (Al Jami’).
c) Ilmu Kalam. Ilmu yang membahas masalah agama menggunakan kekuatan
akal pikiran. Ilmu ini digunakan untuk menangkis serangan argumen agama
lain secara filsafati. Tokoh-tokoh ilmu kalam adalah Washil ibn Atho,
Abu H'uzail Al Allaf, Abu Hasan Al Asy’ari dan Imam Ghazali.
d) Ilmu Tasawwuf. Inti ilmu ini adalah beribadah dan menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah dengan meninggalkan kehidupan duniawi.
Tokoh-tokohnya adalah Al Qushairy, Syahabuddin Syahrowardy, Imam Al
Ghazali.
e) Ilmu Bahasa. Ilmu ini mengupas segala hal yang berkaitan dengan
bahasa Arab, sehingga muncullah ilmu nahwu, sharaf, ma’ani, arudh,
qamus, dan lain-lain. Tokoh-tokoh ilmi bahasa Arab misalnya Sibawaihi,
Muaz Al Harro, Al Kasai, Abu Usman Al Maziny.
f) Ilmu Fiqh. Ilmu yang membahas hukum-hukum Islam seperti ibadah
dan muamalah (hubungan antar manusia). Ulama-ulama fuqaha pada masa ini
adalah Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi), Imam Malik (Madzhab Maliki),
Imam Syafi’i (Madzhab Syafi’i), Imam Ahmad ibn Hambal (Madzhab Hambali).
2. Perkembangan Ilmu Aqli.
Perkembangan ilmu ini diawali dengan penterjemahan buku-buku keilmuan berbahasa Yunani.
a) Ilmu Filsafat. Dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan induk
ilmu-ilmu aqliyah. Tokoh-tokohnya adalah Al Kindi, Al Farabi, Ibn Sina,
Al Ghazali, Ibn Rusyd (Averos),
b) Ilmu kedokteran. Disamping berkembang secara teoritis, ilmu ini
juga berkembang pula ilmu medis empiris (didasarkan pada pengalaman).
Cabang-cabang ilmu kedokteran sudah mulai berkembang seperti anatomi,
fisiologi, patologi, dan bedah Tokoh ilmu medis pada periode ini
misalnya Hunayn ibn Ishaq, Ali ibn Sahl al Tabari, Al Razy (Razes), Ibn
Sina (Avicena), Ibn al Nafis.
c) Ilmu Optik. Meliputi kajian visi (penglihatan) fisik maupun
geometris, refleksi sinar pada cermin (catoptrik), pembakaran cermin dan
fenomena atmosfir seperti pelangi. Tokoh-tokohnya adalah Ibn Masawayh,
Huhayn ibn Ishaq, Quata ibn Luqa, Tsabit ibn Qurrah, Ibn Haytam
(Alhazen) dan Kamal al Din al Farisy.
d) Ilmu Astronomi. Ilmu mempelajari tentang ruang angkasa dan
pergerakan benda-benda langit. Pertumbuhan ilmu ini ditandai dengan
dibangunnya obsrvatorium di Jundaishapur. Tokoh-tokoh terpenting adalah
Al Fazari, Al Farghani, Al Battani (Albategnius), Al Biruni.
e) Matematika. Ilmuwan Muslim abad pertengahan banyak memberi¬kan
sumbangan pada petumbuhan matematika. Pada awalnya angka-angka yang
dipakai berasal dari India (raqm al Hindi) yakni angka 1,2,3,4,5,
selanjutnya Al Khawarimi menciptakan angka 6,7,8,9 dan 0. Al Khawarizmi
juga menemukan Alqarism (logaritma) dan kalkulus. Demikian pula Al Tusi
yang menggali geometri aljabar dengan kajian kurva menggunakan rumus.
Matematikawan Muslim terkemuka abad ini adalah Al Khawarizmi, Umar al
Khayyam (persamaan kubik dan persamaan derajat).
f) Ilmu Kimia. Jabir bin Hayyan dikatakan sebagai “Bapak Ilmu Kimia”.
Jabir membagi benda terdiri atas tubuh (emas dan perak), nyawa (sulphur
dan arsenik) dan akal (mercury dan sal amoniak). Jabir juga memberikan
dasar-dasar petunjuk mengenai penguapan (evaporation), penyaringan
(filtration), penghalusan (sublimation), pencairan (melting),
distillation dan crystallization. Tokoh lainnya adalah Al Razi yang
membagi benda menjadi unsure sayuran, hewan dan logam. Bahasa kimia
modern banyak diambil dari karya Al Razi.
g) Ilmu Sejarah (Tarikh). Tokohnya adalah Al Waqidy, Al Maudy dan Al Thabary.
h) Geografi. Al Khawarizmi dikenal sebagai kartografer (pembuat peta)
tertua. Tumbuhnya ilmu ini berawal dari kisah perjalanan. Daerah-daerah
yang sudah dapat digambarkan pada saat itu adalah Timur Tengah, India,
Ceylon, Malaya, Indonesia, Cina, Korea, Afrika dan Eropa.Tokoh lainnya
adalah Ibn Haykal, Al Biruni, Ibn Jubair, Ibn Batutah.
i) Seni Rupa. Seni rupa yang berkembang adalah kaligrafi, arsitektur, tekstil, logam, tembikar, kristal.
j) Seni Musik, tokohnya antara lain Yunus ibn Sulaiman, Al Farabi
(Alphanabius) menciptakan alat musik Al Qanun (piano) dan Khalil ibn
Ahmad.
k) Seni Sastra. Tokohnya adalah Umar al Khayyam, Abu Nuwas,
Jalaluddin al Rumy, Abu Faras. Pada masa ini berkembang cerita
termasyhur dengan judul Alf Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam) namun
tidak diketahui secara jelas siapa pengarangnya.
l) Mesin dan Teknologi. Kajian-kajian ilmu hitung melahirkan ilmu
baru yakni ilmu teknik, selanjutnya menimbulkan alat-alat bantu seperti
mesin dan teknologi terapan lainnya. Ilmuwan bidang ini misalnyaAl
Khazini dengan karyanya Kitab al Mizan al Hikmah (Buku tentang
keseimbangan kebijaksanaan), berisi kajian statis teoritis dan
hidrostatis; Al Jazari dengan karyanya Kitab fi Ma’rifat al Hiyal al
Handasiyyah (Buku ilmu pengetahuan tentang bagian mekanis) berisi teori
dasar mesin. Karya-karya yang bersifat terapan antara lain saluran air
bawah tanah (qanat) di Iran dan bendungan di Afrika utara dan kincir air
(norias) di Sungai Orontes di Hama (Syria).
Pada masa ini masalah gravitasi juga sudah dibahas oleh Abu Sahl al Kuhi
dan Abu Ishaq al Shabi, yaitu mengenai penentuan pusat gravitasi.
Kajian ini berlangsung jauh sebelum Newton (abad 17).
Agar guru dapat menggambarkan dengan jelas perkembangan ilmu pengetahuan
Islam dalam perkembangan dunia serta perbandingannya dengan
perkembangan ilmu di India, Cina dan Eropa, berikut ini disajikan skema
histories perkembangan ilmu pengetahuan dunia dan peta penyebaran
pemanfaatan produk iptek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar